Kenapa pembelajar Bahasa Arab sebaiknya belajar membaca Mushaf dengan Rasm Utsmani?
Salah satunya supaya kita bisa bedain jenis kata. Misalnya antara Ism / Isim sama Fi'l. Ism itu kurang lebih setara sama kata benda. Sedangkan Fi'l itu kurang lebih setara dengan kata kerja. Dan salah satu ciri Ism itu, yang ada alif lam ال nya (meskipun sebenernya ada beberapa pengecualian).
Suatu Ism kalo ada ال nya, berarti dia jadi ma'rifah (definite, tertentu). Seperti halnya kata "the" dalam Bahasa Inggris. Bahasa Indonesia juga ada fitur gini, tapi penggunaannya terbatas. Macam "sang" dan "si" misalnya.
OK, langsung ke contoh. Misalnya kata "al-qāri'ah" القارعة di awal Sūrat ul-Qāri'ah. Coba liat ilustrasi yang pertama. Penulisan di Mushaf Standard Indonesia ya kaya gini.
Alif lam ال yang dikasih warna biru, itu alif lam ma'rifah.
Ayat ini umumnya diterjemahkan sebagai "Hari Kiamat". Karena memang itu maksudnya. Tapi kalo iseng buka terjemahan Bahasa Inggrisnya, biasanya diterjemahin dengan "THE striking calamity" (Bencana Yang Memukul). Karena memang kata ini berasal dari kata قَرَعَ yang artinya "to strike" (memukul).
Dalam I'rāb ul-Qur'ān wa Bayānuhu (Muhyiddin Darwisy) dijelaskan:
{الْقَارِعَةُ} : القِيَامَةُ الَّتِي تَقْرَعُ القُلُوبَ بِأَهْوَالِهَا.
"Al-qāri'ah yaitu Hari Kiamat yang memukul hati manusia dengan teror / malapetaka nya."
Sekarang kita liat contoh kedua. Kata "alhākum" ألهـكم yang ada di awal Sūrat ut-Takātsur. Nah, dalam Mushaf Standard Indonesia, 2 huruf pertama kata ini ditulis sama persis dengan alif lam yang sama dengan Al-Qāri'ah. Padahal kata ini bukan Ism. Tapi Fi'il. Yang ngga teliti, bisa nyangka ini Ism, soalnya ada alif lam nya.
Dalam Mushaf dengan Rasm Utsmani, dibedakan antara Hamzat ul-Washli dengan Hamzat ul-Qath'i, seperti yang ditunjukkan di ilustrasi yang kedua. Ini sangat membantu pembelajar Bahasa Arab supaya ngga ketuker-tuker antara Ism sama Fi'il.
Semoga bermanfaat.