Kaum muslimīn jika dilihat dari level interaksinya dengan Al-Qur'ān, terbagi menjadi 4 kelompok:
- Yang membacanya dengan baik, banyak menghafalnya, dan mengamalkan isinya.
- Yang tidak membacanya, atau kurang pandai dalam membacanya, atau sedikit hafalannya, namun mengamalkan isinya.
- Yang banyak membacanya, banyak menghafalnya, namun tidak mengamalkan isinya.
- Yang tidak membacanya, tidak menghafalnya, dan tidak mengamalkan isinya.
Kelompok 1 dan 2 dikategorikan sebagai mu'minūn. Sedangkan kelompok 3 dan 4 sebagai munāfiqūn, na'ūdzu billāhi min dzālik.
Sebagaimana sabda Rasūlullāh ﷺ,
قَالَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالْأُتْرُجَّةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ وَالْمُؤْمِنُ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالتَّمْرَةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلَا رِيحَ لَهَا وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْحَنْظَلَةِ طَعْمُهَا مُرٌّ أَوْ خَبِيثٌ وَرِيحُهَا مُرٌّ
"Seorang mu'min yang membaca Al-Qur'ān dan beramal dengannya adalah bagaikan buah utrujjah. Rasanya lezat dan aromanya juga sedap. Dan seorang mu'min yang tidak membaca Al-Qur'ān namun beramal dengannya adalah seperti buah kurma. Rasanya manis, namun tidak ada aromanya. Sedangkan perumpamaan seorang munāfiq yang membaca Al-Qur'ān adalah seperti Ar-Rayhānah. Aromanya sedap, tetapi rasanya pahit. Dan perumpamaan seorang munāfiq yang tidak membaca Al-Qur'ān adalah seperti Al-Hanzhalah. Rasanya pahit dan baunya juga busuk." (HR. Bukhari: 4671)
Catatan:
▪️ Utrujjah yaitu citrus medica, atau citron / jeruk sukade.
▪️ Ar-Rayhānah yaitu ocimum basilicum, atau basil / kemangi.
▪️ Al-Hanzhalah yaitu citrullus colocynthis, atau colocynth. Ngga ada Bahasa Indonesianya. Di Turki disebut melon abu jahl.
Jadi siapa sebenarnya yang layak disebut ahl ul-Qur'ān?
Ibn ul-Qayyim rahimahullāh menjelaskan,
كان أهل القرآن هم العالمون به ، والعاملون بما فيه ، وإن لم يحفظوه عن ظهر قلب
"Ahl ul-Qur'ān adalah mereka yang mengetahui isi Al-Qur'ān dan mengamalkan isinya tersebut. Meskipun jika mereka belum menghafalnya."
Beliau melanjutkan,
وأما من حفظه ولم يفهمه ولم يعمل بما فيه ، فليس من أهله وإن أقام حروفه إقامة السهم
"Sedangkan mereka yang menghafal Al-Qur'ān, namun tidak memahami isinya dan tidak mengamalkannya, maka mereka bukanlah Ahl ul-Qur'ān. Meskipun mereka mampu menegakkan huruf-hurufnya dengan begitu baik dan sangat bagus."
(Zād ul-Ma'ād, Ibn ul-Qayyim, 1/327)
Hal ini karena memang tujuan membaca dan menghafalkan itu, ya untuk memahami isinya, memahami petunjuk yang ada di dalamnya, supaya bisa menegakkan dan mengaktualisasikannya dalam kehidupan kita.
Membaca dan menghafal adalah jalan, bukan tujuan.
Maka terus luruskanlah niat kita ketika membacanya. Semua hal yang disampaikan di atas itu bukan untuk men-demotivasi kita dari banyak membaca, dari banyak menghafal, dan dari mempelajari ilmu tajwīd. Bukan pula sebagai alasan untuk ngga terus memperbaiki bacaan kita. Atau alasan untuk ngga mulai belajar membaca (bagi yang belum bisa membacanya).
Bukan.
Itu semua adalah motivasi untuk terus memperbaiki niat kita, ketika membaca dan menghafalnya. Agar kita bisa menjadi buah utrujjah, yang lezat rasanya dan sedap aromanya.
Agar kita berhati-hati supaya tidak berakhir menjadi seperti buah Ar-Rayhānah ataupun Al-Hanzhalah.
Agar kita bisa menjadi Ahl ul-Qur'ān yang sebenarnya.