Jika kita serius mendukung saudara-saudara kita di Filisthīn, maka mulai seriuskanlah untuk menghilangkan Al-Wahn الوَهْن dari diri kita. Suatu penyakit keterikatan dan cinta yang berlebihan kepada dunia. Takut mati. Takut miskin. Takut menderita. Takut kehilangan kenyamanan.
Jika kita menuntut para pemimpin negara Islām untuk terlibat dalam memerangi kaum yang bersaudara dengan qiradah (monkeys) dan khanāzīr (pigs), maka tuntut pula lah diri kita untuk senantiasa siap siaga kehilangan segalanya jika musuh beserta sekutunya menyerang balik dan perang meluas ke negara kita.
Siapkan diri kita jika musuh beserta kapal perangnya merapat ke perairan Nusantara dan merudal rumah kita.
Jika pun pemimpin negara kita adalah seseorang yang memahami agamanya, dan menyerukan jihād, sanggupkah kita memenuhi panggilan itu? Dan sudahkah kita memahami jihād yang sesuai syari'at? (Terorganisir oleh pemimpin negara, bukan sendiri-sendiri ngaco ala Khawārij, ngga boleh membunuh civilians & non-combatan, ngga boleh merusak rumah ibadah, dan begitu banyak syarat lainnya).
If we do really stand with Filisthīn, sudahkah kita meninggalkan riba, tidak terlena dengan dunia dan kembali memegang teguh agama kita. Sudahkan kita memahami bahwa jihād dengan harta dan nyawa adalah bagian dari agama kita. Sehingga Allah angkat kehinaan pada diri kita.
Sebagaimana sabda Rasūlullāh ﷺ,
إذا تبايعتم بالعينة وأخذتم أذناب البقر ، ورضيتم بالزرع ، وتركتم الجهاد سلط الله عليكم ذلا لا ينزعه حتى ترجعوا إلى دينكم
“Jika kalian berjual beli dengan sistem 'īnah (riba), dan kalian berpegang pada ekor-ekor sapi, dan kalian ridha para pertanian (fokusnya hanya pekerjaan dunia), sehingga kalian tinggalkan jihād, maka Allah akan timpakan kehinaan pada diri kalian, hingga kalian kembali pada agama kalian.” (HR. Abu Dawūd no. 3462, dishahihkan Al Albānī dalam Silsilah Ash Shahīhah no. 11).
Inilah kuncinya.
Hattā tarji'ū ilā dīnikum.
"...hingga kalian kembali kepada agama kalian."
Cover image by Wolfgang Weiser from Pixabay