We

Apa Artinya Menjadi Seorang Muslim

Kebanyakan muslim yang lahir di negeri mayoritas muslim ngga ngeh dengan arti sebenarnya dari menjadi seorang muslim. Dan ngga ngeh dengan apa arti sebenarnya dari Islām. Sehingga cenderung memahaminya sebagai sesuatu yang berhubungan dengan budaya.

Kebanyakan muslim yang lahir di negeri mayoritas muslim, termasuk saya dulu, ngga ngeh dengan arti sebenarnya dari menjadi seorang muslim. Dan ngga ngeh dengan apa arti sebenarnya dari Islām. Sehingga cenderung memahaminya sebagai sesuatu yang berhubungan dengan budaya. 

Maksudnya budaya gimana? 

Gini... 
Misalnya kita liat budaya Sunda (karena saya orang Sunda). Saya jadi orang Sunda, ya karena orang tua saya orang Sunda. Saya bisa ngomong Basa Sunda, ya karena keluarga saya orang Sunda, dan saya lahir di Bandung yang dulunya tanah Pasundan. 
Jadi, yang menjadikan saya orang Sunda ya semata-mata karena saya mewarisinya dari orang tua dan keluarga saya. 

Dan di Indonesia itu ada banyak budaya selain Sunda. Ada Padang, Betawi, Batak, Jawa, dsb. Dan yang menjadikan seseorang itu orang Padang, atau orang Betawi, atau orang Batak, atau orang Jawa, itu ya semata-mata karena mereka mewarisinya dari orang tua dan keluarga mereka. That's it, itu aja. 

Kebanyakan muslim nyangka bahwa menjadi seorang muslim juga mekanisme nya kaya gitu. Menyangka bahwa Islām itu sesuatu yang semata-mata diwariskan dari orang tua dan keluarga. Mereka shalat 5 waktu dan puasa di bulan Ramadhan misalnya, ya hanya karena orang tua dan keluarga mereka biasa melakukannya. Dan karena dari kecil mereka disuruh untuk melakukannya. That's it, itu aja. Sehingga Islām ngga lebih dari sekedar budaya yang diwariskan dari orang tua dan keluarga. 

Ngeliat agama lain pun gitu. Seseorang bisa bergama Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dll ya semata-mata karena mereka adalah bagian dari budaya orang tua mereka, yang diwariskan dari keluarga mereka. Sehingga melaksanakan berbagai jenis ketaatan dan ritual pun semata-mata hanya karena itu memang bagian dari budaya mereka. 

Jadi yang dipahami, masing-masing agama punya Tuhan masing-masing, nabi masing-masing, kepercayaan masing-masing, dan ritual masing-masing. 
Yang dipahami, ini tuh tentang warisan turun-temurun yang diwariskan dari generasi ke generasi sebagai suatu budaya. Ngga ada hubungannya sama kebenaran whatsoever. Sehingga bahkan bisa dipahami bablas bahwa semua agama itu sama-sama mengajarkan kebaikan koq. Pilih yang mana aja ngga ada masalah. Asal berbuat "baik", pasti masuk surga. 

Gitu kan ya, hehe... 

Padahal kenyataannya, keislaman itu sebenarnya ngga bisa diwariskan. Banyak yang terlahir dari keluarga muslim, tapi berujung atheist atau agnostic setelah dewasa. Dan banyak juga yang terlahir di keluarga non-muslim, tapi setelah dewasa mencari kebenaran, menemukan Islām, dan menjadi muslim yang taat, bahkan menjadi dā'ī. 

Jadi sebenarnya Islām itu apa? Dan muslim itu siapa? 

Sobs,
Islām itu penyerahan diri. Penyerahan diri kita kepada Yang telah Menciptakan kita. Ketundukkan terhadap satu-satunya Pencipta Yang Sesungguhnya, The Only One True Creator. Dan ketundukkan terhadap kehendak-Nya, dan aturan-aturan-Nya. 

Islām diraih dengan mengakui sebuah fakta, bahwa di dunia ini ada kebenaran (the truth; al-haqq) dan ada kedustaan (the falsehood; al-bāthil). Lalu meng-afirmasi kebenaran itu, dan berlepas diri dari segala kedustaan. 

Meyakini dengan sepenuh hati bahwa hanya ada SATU Tuhan Yang Sesungguhnya, dan melepaskan diri secara total dari tuhan-tuhan palsu, yang berbasiskan kedustaan.

Meyakini dengan suatu keyakinan yang ngga mengandung keraguan, bahwa Satu-satunya Tuhan Yang Sesungguhnya ini, yang dalam Bahasa Arab disebut الله Allāh ini, telah mengirimkan utusan-utusan. Bukan cuma satu utusan, tapi banyak banget utusan. Bukan cuma utusan-Nya yang bernama Muhammad ﷺ, tapi semua utusan yang diutus sejak manusia pertama Ādam 'alayhissalām. 

Karena Islām ngga dimulai dan didirikan oleh seseorang seperti halnya Confucianism yang dimulai oleh Confucius, atau Christianity yang dimulai oleh Christ. Islām ngga dimulai oleh Muhammad ﷺ, karena Islām udah ada semenjak manusia pertama Ādam 'alayhissalām. 

Dan pesan para utusan itu simpel: 
Serahkan diri lah, tunduklah, kepada satu-satunya Pencipta Yang Sesungguhnya. Sembahlah hanya Dia semata. Taatlah dan ikutilah utusan-Nya yang dikirim pada masa kita. 

Sehingga muslim artinya adalah seseorang yang menyerahkan dirinya kepada Penciptanya. Yang tunduk kepada kehendak dan aturan-aturan Satu-satunya Pencipta Yang Sesungguhnya. Dan melepaskan dirinya dari semua tuhan yang berasal dari kedustaan. Lalu mengerahkan usaha terbaiknya untuk mengikuti utusan-Nya yang telah dikirimkan pada masanya. 

Sehingga para pengikut Jesus, 'Īsā 'alayhissalām, pada masa nya, yang mengikuti ajaran sebenarnya dari Nabi Īsā alayhissalām, adalah muslim. 

Sehingga para keturunan Isrā'īl (Jacob; Ya'qūb 'alayhissalām) yaitu Banī Isrā'īl, yang taat kepada Nabi Mūsā 'alayhissalām pada masa nya, adalah muslim. 

Para pengikut Ibrāhīm (Abraham), Ishāq (Isaac), Dawūd (David), Sulaymān (Solomon), dan utusan lainnya, pada masanya masing-masing, yang taat kepada mereka, adalah muslim. 

Siapapun yang menyerahkan dirinya, tunduk kepada kehendak dan aturan Penciptanya, melepaskan dirinya dari tuhan-tuhan palsu yang berbasis kedustaan, lalu mengikuti utusan-Nya yang dikirim pada masa nya, dan taat pada syari'at (hukum) yang dibawa oleh utusan-Nya tersebut, adalah seorang muslim. 

Dan di masa kita, di zaman ini, yang diutus adalah utusan-Nya yang terakhir, Muhammad ﷺ. Dan untuk menjadi seorang muslim di masa ini, beliau lah yang harus kita ikuti. 

Apapun warna kulit kita, kebangsaan kita, negara kita, siapapun nenek moyang kita dan leluhur kita, doesn't matter, ngga ngaruh. Karena sebagai utusan-Nya yang terakhir, beliau diutus untuk seluruh umat manusia, dan hanya dengan mengikutinya lah, kita bisa menjadi seorang muslim di zaman ini. Hanya dengan mengikutinya lah, kita bisa memasuki surga yang sesungguhnya. 

Semoga kedamaian dan keselamatan senantiasa tercurah, bagi siapapun yang mengikuti petunjuk-Nya, dan jejak langkah para utusan-Nya.


Cover image by Fuzail Ahmad

Abu Qurrah January 28, 2023
Share this post
Sign in to leave a comment
We
Da'wah itu Undangan
Bukan penghakiman. Sebuah langkah mulia yang harus dimotivasi oleh rasa kasih sayang dan kepedulian, bukan oleh rasa diri lebih baik, lebih berilmu, lebih suci, apalagi rasa benci.