We

Game Over

Ngga ada kesempatan kedua dalam ‘game’ ini. Hanya satu kali. Ketika kita mati, it’s done. Ngga bisa restart dan mulai lagi.

Tulisan ini bukan tentang game ter-anyar. Bukan juga review sebuah game populer. Ataupun tips & trick game online yang lagi nge-hits. Ini hanya sharing dari seorang mantan gamer, untuk para gamers.

Untuk siapapun yang menjadikan game bagian dari hidupnya. Dari level terberat, yang tujuan hidupnya adalah game beserta trophy dan segala achievement nya. Sampai yang paling ringan, yang menjadikan game hanya sekedar hiburan atau pengisi waktu ketika menunggu sesuatu.

Untuk para orang tua, terutama ayah, yang ingin anaknya kelak menjadi generasi muslim yang melek dengan tujuan hidupnya.

Untuk siapa saja yang mungkin lupa, betapa berharganya sesuatu yang bernama waktu.

Seperti halnya saya waktu itu.

Yup, dulu saya gamer berat. Gamer yang kehidupan sehari-harinya tidak jauh dari game, musik, dan film. Karena itu semua dulu adalah candu saya, sesuatu yang saya butuhkan setiap hari, untuk melarikan diri dari dunia nyata.

Hobi game ini semakin merajalela ketika udah punya penghasilan sendiri. Soalnya akhirnya jadi bisa beli hardware yang kenceng untuk nge-run game-game berat.

Yup, saya tidak sedang membahas game ringan macam Angry Bird atau Subway Surfer di smartphone yang mungkin sekali main hanya beberapa puluh menit. Game favorit saya dulu adalah game-game PC macam Torchlight, Diablo, Minecraft, Kingdom of Amalur, Fable, Need for Speed Series, Command and Conquer Series, dan lain-lain. Atau juga game-game online di smartphone yang cukup addictive macam Clash of Clans, Mobile Legend, dan lainnya.

Entah berapa ribu jam yang telah saya bakar sia-sia di masa itu. Benar-benar time killer.

Yup, time killer. Itu adalah istilah yang sangat pas. Kalau dalam Bahasa Indonesia disebut ‘pengisi waktu’. Tapi istilah Bahasa Inggris ‘time killer‘ ini menurut saya lebih tepat dalam menggambarkan apa yang terjadi, karena memang, ketika bermain game, kita ngga diragukan lagi sedang membunuh waktu dan memusnahkannya secara sia-sia.

Sekarang saya bisa melihat, bahwa hobi nge-game itu ibarat kita baru gajian dari kantor, atau baru dapet uang dari hasil jualan, terus uangnya kita musnahkan. Bisa dibakar misalnya, atau disobek-sobek, atau dimasukin ke mesin shred, atau digunting kecil-kecil, pokonya dimusnahin lah.

Atau mungkin contoh yang lebih bodoh lagi, misalnya kita dikasih uang rutin setiap hari sama seseorang, ga perlu kerja, dan bahkan kita ngga minta, dikasih begitu aja. Terus uangnya kita sobek-sobek / bakar or whatever.

Hanya orang gila yg ngelakuin itu.

Padahal itu uang loh, masih bisa dicari lagi. Masih bisa kerja lagi atau jualan lagi supaya dapet uang lagi.

Bagaimana kalo yang dibakar sia-sia itu waktu? Sesuatu yang jauh lebih berharga dari uang. Yang ngga pernah bisa dicari dan didapatkan lagi. Di dunia ini ngga ada toko yang jualan waktu, atau perusahaan yang menawarkan ekstra waktu sebagai gaji.

Waktu kita di dunia ini udah fix dan terbatas. Dan kita ngga tau berapa lama. Apakah 70 tahun, atau 50 tahun atau 30 tahun, hanya Allah yang tahu. Ketika datang kematian, ngga ada seorang pun yang bisa minta injury time.

Padahal waktu itu dikasih secara cuma-cuma oleh Allah. Modal dari Allah. Lalu kita bakar begitu aja. Bukankah ini lebih dari sekedar gila?

Itu lah saya dulu, lebih dari sekedar gila.

Lalu apa sebenernya yang bikin kaya gitu? Saya menyebutnya “tujuan semu” atau “false sense of purpose“. Yaitu ketika tujuan hidup kita, alih-alih ada di dunia nyata, malah ada di game itu.

Rasa ketagihan atau addiction dalam bermain game itu karena perasaan ingin menyelesaikan sesuatu. Mencapai suatu tujuan. Yaitu misalnya nyelesein suatu level, atau namatin game nya, atau mencapai achievement/trophy tertentu, atau score tinggi di leaderboard atau untuk mengeksplore dunia game yang baru.

Dan game yang bagi saya paling parah tingkat addictionnya adalah game seperti action RPG, Role Playing Game, (macam Diablo, Torchlight, Kingdom of Amalur) atau game open world macam Minecraft.

Di dalam game action RPG misalnya, kita bermain sebagai seorang hero yang memiliki kemampuan tertentu, yang harus menyelesaikan suatu misi tertentu, dengan dunia game yang luas, dan game mehanics yang cukup kompleks dan realistis sehingga ngga cepat bosen, plus kemungkinan-kemungkinan yang tak terbatas.

Dan di game open world macam Minecraft kita bisa membangun suatu dunia yang kompleks dengan bahan-bahan dan mekanisme seperti di dunia nyata. Kemungkinan-kemungkinannya benar-benar endless. Game seperti ini seperti mengeksplor dunia beneran, ngga bisa tamat.

Dan begitu kita tenggelam dalam itu semua, maka ngga ada lagi yang lebih penting dalam hidup kita, selain untuk menyelesaikan misi di dalam game itu. Tujuan hidup kita jadi ada di game itu. Belum lagi jika ada game baru. Maka akan ada banyak tujuan-tujuan semu dalam hidup kita. Dan tanpa sadar kita telah menghabiskan ribuan jam untuk memenuhi suatu tujuan yang semu. Kehilangan begitu banyak kesempatan untuk memenuhi tujuan hidup yang sebenarnya.

Alhamdulillah… Segala puji bagi Allah, Yang Maha Kuasa untuk menghidupkan kembali hati yang mati. Sekitar 2 tahun yang lalu, Allah membunuh kecintaan saya kepada game, musik, film, dan menggantinya dengan kecintaan untuk mempelajari dan menjelajahi kebenaran, yaitu Diinul Islam.

Fitrah manusia itu memang selalu ingin menyelesaikan sesuatu atau memenuhi suatu tujuan tertentu. Dan tidak ada yang lebih indah dan memberikan kedamaian, selain dari usaha untuk memenuhi tujuan kita yang sebenarnya. Tujuan yang real, bukan semu.

Berpindah dari bermain dalam suatu game di PC atau HP, ke ‘game’ yang sebenarnya, yaitu hidup ini. Yup, Al-Qur’an literally mengatakan bahwa kehidupan dunia ini adalah permainan, GAME.

وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْأَاخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?”
(QS. Al-An’am 6: Ayat 32)

Game super kompleks yang tujuannya menguji semua manusia, siapa yang amalan dan perbuatannya paling baik.

الَّذِى خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun,”
(QS. Al-Mulk 67: Ayat 2)

Dan seperti halnya semua game, there will be winners and there will be loosers. Akan ada pemenang dan akan ada yang kalah. Dan Al-Qur’an mengajak kita kepada kemenangan.

Tidakkah setiap hari kita mendengar dari masjid terdekat:

حَيَّ عَلَى الفَلَاحِ
Hayya ‘alal falaah
Marilah kita menuju kemenangan

Hidup ini adalah ‘game’ super serius. Karena kemenangan akan berbuah keabadian di jannah-Nya, sedangkan kekalahan akan berujung penderitaan yang pedih di dalam Jahannam.

Ngga ada kesempatan kedua dalam ‘game’ ini. Hanya satu kali. Ketika kita mati, it’s done. Ngga bisa restart dan mulai lagi. Dan kita bisa mati kapan aja, bahkan bisa jadi mati waktu main game. Na’uudzu billaahi min dzaalik.

Jadi saudaraku…
Apakah kita ingin menjadi mereka yang kalah dalam ‘game’ hidup ini?
Apakah kita ingin menjadi pecundang?
Jika jawabannya ngga, apa yang sudah kita usahakan supaya jadi pemenang?
Jika game guide saja kita pelajari supaya menang dalam suatu game, lalu kenapa Al-Qur’an tidak kita pelajari supaya jadi pemenang dalam hidup ini?

Sudah saatnya kita mengatakan GAME OVER, dan mengakhiri karir kita di dunia game. Berpindah ke karir dan tujuan yang nyata. Karena waktu yang diberikan Allah, terlalu berharga untuk dibuang percuma untuk sebuah perbuatan sia-sia.


Abu Qurrah December 16, 2018
Share this post
Tags
Sign in to leave a comment
We
Inovasi
Perpecahan & persatuan ummat | Kemurnian ajaran agama | Bid'ah | Pengikut Nabi 'Isa | Ebionites | Saul of Tarsus | Council of Nicea | Trinity