We

Hari Esok

Hari esok itu bukanlah 24 jam ke depan. Bukan pula pekan depan. Ataupun bulan depan. Bukan hari ketika anak kita sudah dewasa. Ataupun hari tua, ketika tubuh sudah renta. Bukan itu yang harus kita khawatirkan.

Hari esok itu bukanlah 24 jam ke depan.
Bukan pula pekan depan.
Ataupun bulan depan.
Bukan hari ketika anak kita sudah dewasa.
Ataupun hari tua, ketika tubuh sudah renta. 

Bukan itu yang harus kita khawatirkan. 

Hari esok,
adalah suatu Hari dimana kita akan diminta untuk mempresentasikan, untuk memperlihatkan, untuk menunjukkan, kebaikan apa saja yang telah kita ukir selama kita hidup di dunia. 

Itulah yang layak kita khawatirkan. 

Sudahkah kita mengukir cukup banyak kebaikan?
Sudah cukup banyak kah perbekalan amal shālih yang kita siapkan?
Sudahkah kita menginjak rem agar berhenti dari kemaksiatan tertentu yang sepertinya terus ingin bergulir ter-eksekusi dari waktu ke waktu? 

Yā ayyuhalladzīna āmanū,
Ittaqullāh...
Waltanzhur nafsun mā qaddamat lighad...
(Al-Hasyr: 18) 

Wahai orang yang telah beriman,
Milikilah taqwa, takutlah kepada Allah.
Dan hendaknya setiap diri memperhatikan, apa yang telah ia siapkan untuk hari esok. 

"Ghad" غد dalam ayat ini artinya bukan hari esok 24 jam ke depan.
Bukan pekan depan.
Bukan bulan depan.
Bukan mengkhawatirkan besok makan apa?
Namun mengkhawatirkan Hari ketika kita dibangkitkan dari kematian. 

Berdiri di hadapan-Nya, mempertanggung jawabkan setiap perbuatan kita di dunia ini. Mempresentasikan amal shālih yang kita kerjakan, selama beberapa puluh tahun yang begitu singkat ini.

Abu Qurrah October 2, 2022
Share this post
Sign in to leave a comment
We
Ada Apa dengan Rasm Utsmani?
Kenapa pembelajar Bahasa Arab sebaiknya belajar membaca Mushaf dengan Rasm Utsmani?