Di beberapa tempat di dalam Al-Qur'ān, Allah ﷻ menyebut kehidupan di dunia sebagai العَاجِلَة (al-'ājilah). Contohnya misalnya pada Sūrat ul-Insān ayat 27:
إِنَّ هَٰٓؤُلَآءِ يُحِبُّونَ ٱلْعَاجِلَةَ وَيَذَرُونَ وَرَآءَهُمْ يَوْمًا ثَقِيلًا
"Sungguh mereka itu mencintai al-'ājilah, dan meninggalkan di belakang mereka, hari yang berat."
Apa itu 'ājilah عَاجِلَة?
Yaitu 'sesuatu yang berjalan atau berlalu dengan begitu cepat'.
Kenapa kehidupan dunia disebut 'ājilah?
Karena memang ia berlalu dengan begitu cepat.
"Ngga kerasa ya udah punya anak lagi."
"Ngga kerasa ya udah kepala 4 lagi."
"Ngga kerasa ya udah punya cucu lagi."
"Ngga kerasa ya, usia udah kepala 7."
Dan apalah artinya 70 atau 80 tahun dibandingkan dengan KEABADIAN. Ibarat itungan menit dalam suatu hari.
Dan manusia begitu mencintai yang 'ājilah ini, yang berlalu dengan begitu cepat ini. Yang hanya bisa dinikmati dengan begitu singkat ini. Sampai-sampai mengorbankan dan mengabaikan suatu Hari yang begitu berat. Hari dimana seluruh manusia berdiri di hadapan Rabb Pemilik Semesta Alam untuk mempertanggung jawabkan seluruh perbuatannya di dunia.
Suatu Hari di mana Jahannam didatangkan, ditarik dengan 70.000 tali kekang, yang setiap tali kekangnya ditarik oleh 70.000 malaikat.
Suatu Hari di mana tak ada lagi kematian. Yang ada hanya keabadian. Namun pertanyaannya adalah:
Ke manakah kita akan digiring untuk menghabiskan keabadian kita?
Hari yang begitu berat.
Tapi tetep aja manusia mengesampingkannya ke belakang.
"Ngga usah bahas neraka-neraka gitu lah, kejauhan."
"Bodo kamu ngga ngambil untung. Nyari pahala apaan, ngga bisa dijilat."
Semua demi sesuatu yang 'ājilah.
Untuk sesuatu yang akan berlalu dengan begitu cepat.
Cover image by Pasi Mämmelä from Pixabay