We

Rabb ربّ

Kata yang sering diterjemahkan ke Bahasa Indonesia sebagai “Tuhan”. Meskipun sebenarnya tidak ada padanan kata yang pas dalam Bahasa Indonesia yang bisa digunakan untuk menggambarkan kedalaman makna kata “Rabb“.

RABB رَبّ , kata yang sering diterjemahkan ke Bahasa Indonesia sebagai “Tuhan”. Meskipun sebenarnya tidak ada padanan kata yang pas dalam Bahasa Indonesia yang bisa digunakan untuk menggambarkan kedalaman makna kata “Rabb“. Tapi wajar diterjemahkan sebagai “Tuhan”, karena memang tidak ada alternatif kata lain yang lebih pas.

Karena tidak memahami sepenuhnya makna Rabb inilah, banyak dari kita yang sudah percaya dan sadar, bahwa benar ada Tuhan yang menciptakan dia, tapi dia tidak mematuhi perintah Tuhannya. Atau hanya mematuhi sebagian perintah-Nya saja, dan tidak mematuhi sebagian yang lain.

Kata Rabb berasal dari kata kerja bentuk lampau (fi’il maadhi) رَبَّى (rabbaa), yang artinya “telah membesarkan, menumbuhkan, merawat, mendidik”, dan ketika menjadi present verb (fi’il mudhaari’) menjadi يُرَبِّي (yurabbii). Ketika subjeknya adalah orang ketiga feminin, maka berubah menjadi تُرَبِّي (turabbii).

Contoh kalimatnya misalnya begini:

تُرَبِّي الأُمُّ وَلَدَهَا
Turabbii al-ummu waladahaa.
The mother raises her son.

Sang ibu membesarkan anak laki-lakinya.

Begitu pula dalam doa kita untuk kedua orang tua, 

رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Rabbir-hamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa.
Wahai Rabbku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah membesarkan-merawat-mendidik aku sewaktu kecil.

Ada kata رَبَّيَانِي (rabbayaa-nii), yang artinya “telah membesarkan-merawat-mendidik aku”.

Dalam Bahasa Arab, kata rabb رَبّ memiliki beberapa arti. Makna pertama yaitu seseorang yang memiliki sesuatu atau “pemilik”. Makna kedua adalah seseorang yang memastikan dan merawat sesuatu agar bisa tumbuh dengan baik. Makna ketiga adalah seseorang yang menjaga / memperbaiki sesuatu agar tidak rusak. Makna keempat adalah seorang penguasa yang memiliki kekuasaan.

Ketika zaman perbudakan dulu, seorang tuan yang memiliki budak juga disebut rabb. Sedangkan budaknya disebut ‘abd عَبْد (slave).

Dan Allah bukanlah sembarang rabb. Dia adalah Rabb ul-‘aalamiinRabb semesta alam. Dia adalah Rabb us-samaawaati wal-ardhRabb seluruh langit dan bumi. Dia adalah Rabb un-naasRabb manusia.

Sedangkan kita adalah ‘abd, budak-hamba sahaya, slave. Kita adalah “properti-Nya”.

Dan seorang budak-hamba sahaya adalah:

  • Seseorang yang tidak bisa membuat keputusan untuk dirinya sendiri
  • Seseorang yang tidak memiliki kebebasan. Sesuatu yang bisa dilakukannya adalah apa yang tuannya inginkan.
  • Sebuah profesi setiap saat, 24 jam setiap hari. Tidak seperti karyawan.

Ketika kita mengatakan bahwa rabb kita adalah Allah, artinya kita sudah siap menjadi budak-hamba sahaya-Nya, His slave. Dan siap mengikuti semua perintah-Nya.

Ketika kita, dalam shalat kita, mengatakan “iyyaaka na’budu” (hanya kepada-Mu kami mengabdikan diri), kita sedang mendeklarasikan diri bahwa “Iya, saya siap menjadi budak-hamba sahaya-Mu”, “kami menerima-Mu sebagai Rabb“.

Banyak dari kita yang hanya menerima Allah sebagai Sang Pencipta, tetapi tidak menerima Dia sebagai Rabb. Karena menerima Allah sebagai Rabb artinya menerima dan mengikuti semua perintah dan petunjuk-Nya.

Sehingga terjebak dalam perbudakan dengan selain-Nya. Diperbudak oleh harta misalnya. Diperbudak oleh jabatan, kedudukan, kekuasaan, hawa nafsu.

Diperbudak oleh dunia.

Jadi sahabat,
Merdeka yang sesungguhnya, adalah terbebas dari segala jenis perbudakan kepada selain-Nya.

Dan sahabat,
Satu-satunya cara mencapai itu adalah dengan hanya menerima perbudakan dengan-Nya saja.

Dengan menerima Allah sebagai Rabb kita, dan kita adalah hamba-Nya.


Cover image by Pexels from Pixabay


Abu Qurrah August 19, 2019
Share this post
Sign in to leave a comment
We
Sayap Ke-rendahdiri-an
“Dan turunkan untuk mereka berdua, sayap kerendah-dirian”