Seringkali terasa "menggiurkan" bagi kita memang, dalam membuat target, agar hanya sekedar sampai ke akhir sūrah atau juz.
Ketika ini terjadi, apa yang kita rasakan dari membaca Al-Qur'ān biasanya akan berubah. Dan kita jadi ngga merasakan "manisnya" membaca Al-Qur'ān, dan kehilangan banyak kesempatan untuk berinteraksi dan berkontemplasi.
Para 'ulamā' memang berbeda pendapat tentang mana yang lebih utama, membaca Al-Qur'ān dengan jumlah yang banyak secara cepat, atau membaca dalam jumlah sedikit secara tartīl disertai kontemplasi. Dan masing-masing memiliki dalīl yang shahīh. Jadi, jangan pernah mencela saudara kita yang targetnya adalah kuantitas.
Saya pribadi teryakinkan dengan pendapat Ibnu Mas'ūd radhiyallāhu 'anhu,
وقال ابن مسعود : ( لا تهذوا القرآن هذ الشعر ، ولا تنثروه نثر الدقل ، وقفوا عند عجائبه ، وحركوا به القلوب ، ولا يكن هم أحدكم آخر السورة )
Beliau berkata, "Janganlah membaca Al-Qur'ān dengan cepat tanpa henti seperti membaca sya'ir, atau seperti mengoceh cepat karena tergesa-gesa.
Berhentilah sejenak ketika engkau menemui suatu ayat yang membuatmu takjub. Yang menggerakkan hatimu. Dan janganlah engkau khawatir jika engkau tidak sampai kepada akhir sūrah."
(Zād ul-Ma'ād, Ibn ul-Qayyim, 1/329)