Sejarah kontemporer mencatat sebuah nama, yang awalnya begitu harum. Seseorang yang sangat cerdas. Pemahamannya pun mendalam. Hingga gurunya mengatakan, “Inilah Ibnu Taimiyah zaman ini“.
Buku-buku yang ditulisnya tajam membantah kekufuran dan atheisme. Seseorang yang sebelumnya banyak dipuji oleh para ‘ulamā’.
Namun kaki itu tergelincir, setelah sebelumnya ia kokoh dalam berdiri.
Fatazilla qadamun ba’da tsubūtihā.
Di akhir hidupnya ia menulis sebuah buku, yang di bagian muqaddimah nya dia menulis, “Ucapan terima kasihku kepada syaikh dan guruku, Syaitan.”
Dan ia meninggal dalam keadaan atheis. Na’ūdzubillāhi min dzālik.
Seseorang itu bernama Abdullah Al-Qashimi.
يا مقلّبل القلوب
ثبّت قلبي على دينك