Siapalah mu’min yang tidak ingin hukum Allah tegak, di tanah tempat ia berpijak. Siapalah mu’min yang tidak ingin umat menjadi kuat, bahu-membahu bagaikan satu tubuh, di manapun mereka berada, di seluruh dunia. Ada yang salah dengan keimanan kita jika kita justru tidak suka dengan sejarah peradaban Islam, kekhalifahan, dan perkembangan situasi negara muslim di dunia.
Namun, menegakkan hukum Allah dalam skala besar, itu bagaikan membangun atau merenovasi rumah. Tidak mungkin kita membangun rumah, kalau cara meletakkan bata saja kita tidak tahu. Kalau cara memasang kusen saja kita belum bisa. Memasang tiang penyangga saja masih bengkok.
Lalu bagaimana mungkin kita bisa menegakkan syari’at Allah dalam skala negara, jika menegakkan syari’at dan memimpin keluarga di rumah saja belum bisa. Bagaimana mungkin kita paham dan mampu mengamalkan siyasah syar’iyyah (politik Islam), jika fiqih thaharah (cara berwudhu, tayamum, dsb) saja belum diamalkan, atau bahkan belum paham. Jika fiqih jual beli atau fiqih mu’amalah secara umum masih buta huruf.
Bagaimana mungkin kita mampu mengurus urusan ribuan orang, jika mengurus keluarga, atau bahkan diri sendiri saja, masih terbata-bata.
Jika kita melek dengan perkembangan negara-negara muslim pasca runtuhnya Turki Utsmani, kita akan melihat begitu banyak yang mencoba “membangun rumah” secara terburu-buru. Sehingga, alih-alih merenovasi rumah, justru malah menghancurkan rumah, hingga rata dengan tanah.
Syaikh Utsaimin rahimahullaah dalam salah satu karyanya As-Sahwah Al-Islamiyyah (Kebangkitan Islam), menjelaskan bahwa sebuah kebangkitan yang tidak mengikuti pedoman, akan berpotensi menjadi kebangkitan yang serampangan dan tidak stabil, yang berpotensi menghancurkan lebih banyak dari apa yang bisa dibangunnya.
Jadi.
We need to think big, yes. But that’s not enough. We need to also act small.
(Kita harus berpikir dan peduli dengan hal-hal besar pastinya. Tapi itu tidak cukup. Kita harus bertindak dari hal-hal yang kecil dulu.)
Karena sebuah rumah, tak mungkin berdiri tegak, dengan tiang penyangga yang bengkok, dengan fondasi yang tidak kokoh, ataupun bata yang rapuh.