Syaikh Uthman ibn Farooq hafizhahullāh dalam suatu kajian tentang tujuan hidup, membuat suatu perumpamaan yang begitu menohok. Ketika membahas tentang orang-orang yang ngga mau bersiap untuk akhiratnya. Padahal muslim.
Mereka yang ketika ditanya tauhid, ngga tau.
Ditanya 'aqīdah, ngga mau tau.
Diajak menuntut ilmu syar'i jawabnya, "Aduh, saya sibuk kerja, ngga punya waktu."
Diingatkan tentang kematian, jawabnya "Aduh serem amat bahas mati-mati gitu, bahas yang lain aja napa."
Mereka itu ibarat seseorang yang mau 'umrah, atau travelling ke luar negeri, terus udah nyampe airport ditanya sama petugas imigrasi:
Petugas: "Boleh liat passport nya Pak?"
Mereka: "Hah? Passport? Apaan tu mas saya baru denger?"
Petugas: "Seriusan bapak mau 'umrah ga bawa passport?? Coba saya liat tiket pesawatnya dulu deh Pak."
Mereka: "Tiket pesawat? Buat apa ya mas?"
Petugas: (tepok jidat)
Terus ditanya nanti tinggal di mana, di hotel apa, juga ngga tau. Visa ngga punya. Uang & perbekalan ngga punya. Sama sekali ngga punya persiapan. Padahal tau mau 'umrah. Tau mau travelling. Tanggalnya udah tau. Tapi leha-leha ngga bersiap? Kebangetan kan ya.
Lalu bayangkan sebuah perjalanan yang kita ngga tau kapan hari H nya. Bisa 40 thn lagi, atau 1 tahun lagi, atau bulan depan, dan bahkan bisa jadi besok atau hari ini. Perjalanan yg harus kita siapkan setiap saat, soalnya kita ngga tau kapan kita dipanggil.
Yaitu perjalanan setelah kematian.
Yang kita tau pasti akan mengalaminya, cepat atau lambat. PASTI.
Tapi kebanyakan manusia, lalai.
Berleha-leha.
Memalingkan muka.
Ngga punya waktu untuk menyiapkan bekal.