Untuk apa engkau hijrah, dan untuk siapa engkau keluar dari zona nyaman?
Dua pertanyaan itu wajib dijawab sebelum kita memutuskan untuk hijrah atau keluar dari zona nyaman.
Jika jawabannya untuk Allah, dan demi ketaatan kepada Allah, maka kita ngga perlu khawatir. Kalopun di tengah jalan nanti setelah kita keluar dari zona nyaman, kita mati. Maka kita mati di jalan Allah.
Tapi kalo jawabannya lain-lain. Supaya financially independent lah, atau supaya income ngga segitu-gitu aja lah, dan berbagai tralala-trilili dunia lainnya, nah baru harus ati-ati. Karena kalo keluar zona nyaman tanpa persiapan, terus mati, maka matinya mati konyol.
Belakangan ini beredar ilustrasi sarkas yang gambarnya ikan loncat keluar dari aquarium kecil, terus mati. Dan aquarium kecilnya dilabelin: "zona nyaman". Terus gambarnya dikasih caption: "Korban motivator, coach, dan sejenisnya."
Sekarang saya pengen nanya nih.
Apakah para sahabat radhiyallāhu 'anhum ketika disuruh hijrah ke Madinah, meninggalkan rumah mereka, meninggalkan pekerjaan dan usaha yang telah mereka bangun di Mekkah, keluar dari zona nyaman demi menjaga iman mereka, demi ketaatan mereka kepada Allah, apakah mereka saat itu ngeles kaya gini ke Rasūlullāh ﷺ:
"Aduh hijrah nya boleh ngga nanti aja? Saya mau prepare dulu. Mau bangun usaha dulu di Madinah. Nanti kalo di sana usaha udah besar, nah baru saya hijrah ke sana. Biar aman."
Apa mereka bilang gitu?
Definitely NOT.
Mereka keluar dari zona nyaman, untuk Allah dan Rasul-Nya. Dan ketika mereka kehilangan harta dan bahkan nyawa, maka mereka miskin karena Allah, dan mati karena Allah.
Jadi, silahkan dijawab dulu ya:
"Untuk apa dan siapa engkau hijrah keluar dari zona nyaman?"