We

Untuk Para Pemuda Islam

Pesan untuk Para Pemuda Islam Diambil dari Karya Syaikh ibn ‘Utsaimin rahimahullaah

Empat belas abad setelah masa Rasulullah ﷺ , para ulama Islam tak henti-hentinya mengabdikan hidupnya untuk menjaga agama ini dan untuk kebaikan umat ini. Tak terhitung banyaknya para penuntut ilmu pada masa ini yang terus menerus mendapatkan manfaat dari mereka. Semoga Allah menerima segala kebaikan mereka dan memberikan balasan yang berlipat ganda untuk mereka.

Salah satu ulama yang memiliki kontribusi luar biasa adalah Syaikh ibn ‘Utsaimin rahimahullah. Jika ada penuntut ilmu yang tidak pernah mendengar namanya, maka pastilah sangat jarang. Abu ‘Abdullah, Muhammad ibn Salih ibn Muhammad ibn ‘Utsaimin al-Muqbil al-Wuhaybi at-Tamimi, adalah salah satu ulama terbaik abad ke-14 Hijriah (abad ke-20 Masehi). Beliau lahir di kota ‘Unayzah, di wilayah Qasim, Arab Saudi, pada 27 Ramadhan 1347 H (1929 Masehi) dari keluarga ternama yang mengenal Islam dengan baik. Beliau meninggal dunia pada usia 74 tahun, pada 15 Syawal 1421 H (2001 Masehi) dan dimakamkan di Mekah.

Semasa hidupnya, Syaikh ibn ‘Utsaimin telah didampingi dan dibimbing oleh begitu banyak orang-orang shalih dan para ulama. Beliau mempelajari dan menghafal Al-Qur’an di bawah bimbingan kakek beliau, Syaikh ‘Abdurrahman ibn Sulaiman Aala Daamigh rahimahullah. Beliau mempelajari begitu banyak bidang, termasuk aqidah, fiqih, tata bahasa dan lainnya di bawah bimbingan ulama ternama yaitu Syaikh ‘Abdurrahman ibn Naasir as-Sa’di rahimahullah, yang sangat dikenal dalam studi tafsirnya. Beliau juga belajar di bawah bimbingan Syaikh ‘Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah, yang merupakan Mufti (penasehat agung) kerajaan Arab Saudi. Beliau juga mengambil ilmu dari Syaikh Muhammad al-Amin ibn Muhammad al-Mukhtar al-Jukni as-Syanqiti, Syaikh Ali ibn Hamid as-Salihi, Syaikh Muhammad ibn ‘Abdul Aziz al-Mutawwa, dan Syaikh ‘Abdurrahman ibn ‘Ali ibn ‘Awdan rahimahumullah.

Beliau telah menulis kurang lebih lima puluh karya tulis. Beberapa di antaranya adalah buku yang cukup panjang, dan beberapa merupakan karya-karya pendek. Beberapa karyanya yang banyak dikenal adalah Tafsir Ayat ul-Kursi, Syarh Riyadh as-Salihin, Musdhalihah Hadits, Kitab ul-‘ilm, Qawa’id Muthla fi’s-Sifat Allah wa’l-Asma’ ul-Husna, ‘Aqidah Ahlus-Sunnah wa’l-Jama’ah, Syarh Usul ath-Thalathah, Qawl Mufid ala Kitab at-Tawhid, Syarh Usul-‘Iman, Syarh Lum’atul-I’tiqad, Syarh ‘Aqidah al-Wasitiyyah, Syarh Al-Mumti’ ala Za’ad al-Mustaqni, dan Fatawa Arkan Islam.

Dari sekian banyak karyanya, ada beberapa karya yang membahas secara spesifik masalah-masalah kontemporer yang dihadapi oleh umat ini, khususnya pada pemuda. Seperti yang kita ketahui, sayangnya banyak pemuda muslim di seluruh dunia saat ini, berada dalam pengaruh negatif budaya, ide-ide, dan skeptisisme dunia Barat. Beberapa di antara mereka yang “terbangun” dari “tidurnya”, yang akhirnya mendapatkan identitas keislaman mereka kembali, ternyata dikejutkan dengan kenyataan yang pahit. Kenyataan bahwa mereka terbangun di tengah kondisi dimana begitu banyak muslim di seluruh dunia sedang terdzalimi dan terjajah oleh musuh-musuh mereka. Dan kenyataan bahwa dunia muslim begitu terpecah belah menjadi begitu banyak golongan. Sebagian di antara mereka telah jatuh kepada kesimpulan yang salah. Sebagian yang lain begitu kebingungan dengan begitu banyaknya perbedaan pendapat di antara para ulama. Dan Syaikh ibn ‘Utsaimin telah membahas masalah-masalah ini secara khusus, setidaknya dalam karyanya sebagai berikut:

  1. Masalah-masalah Pemuda (Masykilati asy-Syabab)
  2. Kebangkitan Islam (as-Sahwah al-Islamiyyah)

Di dalam Masykilati asy-Syabab, beliau menggarisbawahi betapa pentingnya untuk menangani masalah pemuda. Karena generasi muda hari ini adalah generasi tua esok hari. Dan mereka adalah basis dimana masa depan umat ini akan dibangun. Jika pemudanya baik, dan kebaikannya bersumber dari fondasi relijius dan standar moral, maka umat akan memiliki masa depan yang cerah. Beliau kemudian menjelaskan bahwa masalah-masalah utama yang telah menyebabkan rusaknya para pemuda saat ini adalah:

  • Pengangguran, yang membunuh mental, intelektual dan kemampuan fisik.
  • Keterpisahan antara generasi muda dan generasi tua, yang terjadi akibat rendahnya kepedulian generasi tua kepada generasi muda yang rusak, dan juga karena rendahnya respek para pemuda kepada seniornya.
  • Pergaulan dengan orang-orang yang rusak dan menjadikan mereka sahabat dekat.
  • Membaca dan menonton konten-konten destruktif dan tidak Islami pada buku, majalah, TV, dan internet.
  • Asumsi yang salah bahwa Islam mengekang kebebasan dan menghambat kemajuan manusia.
  • Skeptisisme terhadap agama dan kepercayaan mereka.

Dengan kerangka Al-Qur’an dan Sunnah, beliau menjelaskan solusi terhadap permasalahan ini. Singkatnya, beliau berpesan:

  • Bahwa para pemuda harus membuat diri mereka sesibuk mungkin dengan hal-hal yang berguna dan menjauhi pengangguran. Mereka harus membangun hal positif sesuai minat dan bakat mereka, seperti misalnya membaca, menulis, berdagang, dsb.
  • Baik generasi muda maupun generasi tua harus membuang keterpisahan di antara mereka, dan berpikir bahwa keduanya adalah satu tubuh. Generasi tua harus meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab mereka, sedangkan generasi muda harus menghargai senior mereka. Karena kebijaksanaan generasi tua, jika digabungkan dengan energi generasi muda, akan menghasilkan masyarakat yang jaya.
  • Bahwa para pemuda harus berhati-hati dalam memilih teman bergaul. Mereka harus memilih teman yang shalih, baik, dan cerdas, sehingga bisa mendapatkan banyak manfaat dari mereka.
  • Para pemuda harus segera beralih dari konten buku, majalah, TV, dan internet yang tidak Islami, ke program-program yang bisa menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya pada hati mereka.
  • Bahwa realitas Islam harus dijelaskan dengan sejelas-jelasnya kepada mereka yang mungkin belum memiliki perhatian atau belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang Islam, atau memiliki pemahaman yang salah tentang Islam.

Begitu banyak dari mereka, para pemuda, dengan rahmat Allah, pada akhirnya mendapatkan identitas keislaman mereka kembali. Dan di seluruh dunia saat ini, umat ini menyaksikan suatu tanda-tanda kebangkitan Islam, terutama yang dipelopori para pemuda. Di dalam as-Sahwah al-Islamiyyah, disebutkan bahwa tidak diragukan lagi musuh-musuh Islam telah melakukan segala hal untuk menghentikan kebangkitan ini, tentunya karena takut terhadap kesuksesan hasilnya. Karena jika terus menguat dan menyebar, maka akan menjadi signal berakhirnya dominasi mereka. Namun demikian, Syaikh ibn ‘Utsaimin berpesan bahwa hal ini membutuhkan pedoman yang harus diikuti, agar kebangkitan yang diberkahi ini bisa mencapai tujuannya. Jika pedoman ini tidak diikuti, maka kebangkitan ini akan berpotensi menjadi kebangkitan yang serampangan dan tidak stabil, yang berpotensi menghancurkan lebih banyak dari apa yang bisa dibangunnya.

Beliau berpesan kepada para pemuda prinsip-prinsip sebagai berikut:

  • Agar berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Merenungkan isinya, dan mengaplikasikan ajarannya. Dan jangan bertaqlid buta kepada siapa pun kecuali Rasulullah ﷺ .
  • Agar terus mencari ilmu yang benar dan basirah (pemahaman yang dalam), karena emosi saja tidak cukup. Agar berdakwah (memanggil / mengundang ke jalan Allah) berdasarkan ilmu yang benar yang berasal dari Kitab-Nya dan Sunnah Rasul-Nya. Agar terus mempelajari bagaimana cara berdakwah dan mengetahui situasi seseorang yang kita “undang” itu.
  • Agar memiliki pemahaman yang baik terhadap ilmu yang diperoleh, yaitu memahami maksud sebenarnya yang dimaksudkan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam setiap perkara. Agar jangan secara sembarangan menarik hukum dari suatu teks dalil tanpa pemahaman, sehingga menghasilkan sesuatu yang menyimpang.
  • Agar menyadari betapa pentingnya berlaku bijak ketika memanggil seseorang ke jalan Allah. Karena tidak ada seorang pun yang bisa berubah dalam satu malam.
  • Agar saling memiliki rasa kasih sayang dan hubungan yang baik.
  • Agar memiliki kesabaran dan keteguhan dalam menghadapi kesulitan.
  • Agar terus menghiasi diri kita dengan adab yang baik.
  • Agar menghancurkan dinding pemisah antara da’i (seseorang yang memanggil) dengan orang-orang.
  • Agar senantiasa menggunakan kebaikan hati dan kelemah-lembutan.
  • Agar memiliki pikiran dan hati yang terbuka terhadap perbedaan pendapat yang ada di antara para ulama.
  • Agar menahan amarah, sesuai dengan tuntunan syari’at dan pikiran yang sehat.
  • Agar menjadwalkan kegiatan saling mengunjungi di antara para pemuda.
  • Agar jangan kehilangan harapan ketika menyaksikan kemungkaran dan kejahatan yang merajalela.
  • Agar terus berkomunikasi dengan pihak-pihak yang memiliki kekuasaan / otoritas.

Sungguh pesan beliau di dalam dua karyanya ini begitu indah. Semoga Allah merahmati beliau dan memasukkan beliau ke Jannah-Nya yang tertinggi. Aamiin.


Bibliografi

Al-‘Uthaymeen, M. i. (1998). An Explanation of Riyadh al-Saliheen from the words of the Master of the Messengers. (S. i. ‘Abdurrahman, Trans.) Jeddah: The Qur’an and Sunnah Society. Retrieved from http://kalamullah.com/Books/An%20Explanation%20of%20Riyadh%20al-Saliheen.pdf

al-‘Uthaymeen, M. S. (2011). Youth’s Problems – Issues that affect young people (New and revised edition ed.). (‘.-R. A. Imaam, Trans.) Riyadh: International Islamic Publishing House. Retrieved from http://kalamullah.com/Books/Youth%20Problems.pdf

Al-‘Uthaymin, M. I. (1992). The Islamic Awakening – Important Guidelines. (F. I. Muhammad, Trans.) Riyadh: Kalamullah.com. Retrieved from http://kalamullah.com/Books/The%20Islamic%20Awakening.pdf

Sunnah Online. (n.d.). Biography of Muhammad ibn Salih ibn Al-‘Uthaymin. Retrieved May 24, 2019, from Sunnah Online: https://sunnahonline.com/library/biographies/505-muhammad-ibn-salih-ibn-al-uthaymin


Cover image by Free-Photos from Pixabay


Abu Qurrah June 15, 2019
Share this post
Sign in to leave a comment
We
Perjalanan Menjalani Kebenaran | Bagian 5
Salah satu langkah yang paling berat waktu itu, adalah meninggalkan musik, untuk Al-Qur’an. Juga meninggalkan film dan game, untuk menuntut ilmu.