We

Banū Isrā'īl - Bagian 3

Bagaimana mereka bisa berada di Mesir?

Bagi yang belum membaca, silahkan untuk menyimak Bagian 2


Hampir dibunuh, akhirnya dibuang ke dalam sumur ketika masih kecil karena kecemburuan kakak-kakaknya Diselamatkan oleh musafir yang lewat Dijual sebagai budak, dengan harga murah Dibeli oleh seorang tuan yang memiliki jabatan pemerintahan di Mesir Dijadikan pelayan, dirawat dengan baik oleh tuan dan istrinya Diajari ta'wil mimpi oleh Allah Ketika sudah menjadi pemuda, karena ketampanannya, digoda dan diajak berzina oleh istri tuannya Setelah menolak ajakan, dimasukkan ke penjara karena konspirasi istri tuannya dan wanita-wanita kerajaan kolega istri tuannya Menda'wahi kedua temannya yang ada di penjara, mena'wilkan mimpi mereka Kabar mengenai kemampuannya mena'wilkan mimpi sampai ke telinga Raja Mesir, di saat ia membutuhkan seseorang yang bisa menafsirkan mimpinya 7 tahun masa subur yang diikuti dengan 7 tahun masa paceklik dita'wilkannya dengan begitu akurat lengkap dengan cara untuk menghadapinya Akhirnya ia dibebaskan dari penjara, dibebaskan dari segala tuduhan, dan diangkat menjadi bendahara negara. 

Itulah rangkuman super singkat perjalanan hidup Nabi Yūsuf 'alayhissalām (Bahasa Ibrani menyebutnya: יוֹסֵף Yōsef). Dan inilah awal mula kenapa Banū Isrā'īl ended up berada di Mesir. 

Karena ketika masa paceklik itu akhirnya datang menyebabkan langka nya bahan makanan, dan ternyata bukan hanya terjadi di Mesir, tapi juga meluas ke hampir seluruh negeri termasuk wilayah di sekitar Bayt ul-Maqdis, kakak-kakak Nabi Yūsuf 'alayhissalām datang ke Mesir untuk mendapatkan supply bahan makanan (tanpa mengetahui bahwa adik mereka yang dulu mereka buang ke sumur, ternyata masih hidup dan bahkan kini adalah seorang pejabat tinggi di Mesir). 

Catatan: Ini adalah Mesir di era Second Intermediate, yaitu tahun ~1674 hingga 1553 SM, di mana penguasa Mesir belum digelari Fir'aun (bahasa Mesir kuno: “per-aa“). Dan Al-Qur'ān secara akurat meng-capture ini dengan memanggil penguasa Mesir di masa Nabi Yūsuf 'alayhissalām ini sebagai Malik مَلِك atau Raja, bukan Fir'aun. Karena gelar Fir'aun baru digunakan di era New Kingdom, yaitu tahun ~1552 hingga 1069 SM. Ini adalah salah satu mu'jizat Al-Qur'an karena ilmu tentang peradaban Mesir Kuno ini baru terkuak pada tahun 1800an ketika Rosetta Stone ditemukan dan akhirnya hieroglyphs berhasil diterjemahkan. 

Singkat cerita, setelah akhirnya mengetahui bahwa pejabat / menteri yang mereka temui adalah Nabi Yūsuf 'alayhissalām, mereka terkaget-kaget, menyesal, mengakui kesalahan masa lalu mereka. Lalu Nabi Yūsuf 'alayhissalām memaafkan mereka dan mendoakan agar Allah mengampuni mereka. 

Lalu meminta agar ayah mereka tercinta, Nabi Ya'qūb 'alayhissalām, yang sudah lanjut usia, yang matanya sampai buta karena kesedihan yang mendalam kehilangan anaknya Yūsuf, agar ia dan juga seluruh keluarga mereka di kampung halamannya di wilayah Bayt ul-Maqdis dibawa ke negeri Mesir untuk menjalani hidup yang lebih baik. 

Dengan mu'jizat Allah, mata sang ayah pun kembali bisa melihat setelah diusapkan baju Nabi Yūsuf 'alayhissalām. Dan mereka akhirnya berkumpul kembali setelah terpisah selama puluhan tahun. 

Dan di Mesir inilah perjalanan Banī Isrā'īl sebagai umat dimulai. Terutama setelah Nabi Ya'qūb dan Nabi Yūsuf 'alayhimassalām meninggal. 

Lalu kenapa akhirnya mereka menjadi bangsa budak di sana? Ketika penguasa di Mesir berganti menjadi rezim New Kingdom beserta para Fir'aun nya. 

Dan kenapa rezim sampai membuat kebijakan untuk membunuhi bayi laki-laki Banī Isrā'īl? 

In syā Allāh dilanjut di Bagian 4.

Referensi:
Qashash ul-Anbiyā', "Kisah Para Nabi", Ibnu Katsīr
Tafsīr ul-Qur'ān il-'Azhīm, Ibnu Katsīr, Sūrah Yūsuf
The Eternal Challenge: A Journey Through The Miraculous Qur’an, Abu Zakariya

Abu Qurrah November 15, 2023
Share this post
Sign in to leave a comment
We
Banū Isrā'īl - Bagian 2
Tanah yang Dijanjikan