We

Perjalanan Menjalani Kebenaran | Bagian 3

Al-Qur’an telah mengajarkan saya keikhlasan, untuk menerima sesuatu yang tidak bisa kita ubah. Namun di saat yang sama juga mengajarkan keberanian, untuk mengubah sesuatu yang bisa kita ubah. Dan mengajarkan kebijaksanaan untuk membedakan keduanya.

Ketika ketaatan menjadi pilihan kita, maka bersiaplah untuk sebuah perubahan. Berhijrah, selangkah demi selangkah. Dan kita akan terperangah, karena hidup kita, tak akan lagi sama seperti sebelumnya.

Orang-orang terdekat kita akan menjadi saksi atas perubahan kita. Baik di luar maupun di dalam. Baik perkataan, maupun perbuatan.

Saya masih ingat dulu, langkah pertama saya, adalah langkah untuk memaafkan. Sekilas terlihat simpel. Hanya sekedar memaafkan.

Namun kenyataannya tidak sesimpel itu. Dulu, kesalahan seseorang itu begitu kental rasanya. Karena menyangka satu-satunya penyebab segala keterpurukan yang terjadi, semua depresi yang terjadi, terjerembabnya hidup di titiknya yang terendah, sehingga hampir-hampir saja semangat hidup pun hilang, adalah karena seseorang itu. Dia lah penyebabnya, begitu saya berpikir dulu.

Tanpa menyadari ini telah menjadi sumber energi negatif dalam hidup, yang melebar ke mana-mana. Sehingga emosi cenderung meluap-luap, labil, dan tidak berguna.

Al-Qur’an lah yang telah menyembuhkan saya. Yang telah mengajarkan cara untuk menelan pil pahit bernama Qadr. Bahwa Allah adalah Rabb yang Maha Berkehendak. Sedangkan kita hanya seorang hamba yang tak memiliki kuasa apa-apa di hadapan kehendak-Nya.

Al-Qur’an telah mengajarkan saya keikhlasan, untuk menerima sesuatu yang tidak bisa kita ubah. Namun di saat yang sama juga mengajarkan keberanian, untuk mengubah sesuatu yang bisa kita ubah. Dan mengajarkan kebijaksanaan untuk membedakan keduanya.

Belajar untuk membedakan mana yang berada dalam kontrol kita. Dan mana yang berada di luar kontrol kita. Sehingga segala ikhtiar, bisa terfokuskan pada apa-apa yang dapat digenggam dan digerakkan oleh tangan kita. Dan biarlah sesuatu yang berada di luar kontrol kita, menjadi ranah-Nya. Menjadi sesuatu yang kita minta di dalam doa, di kesunyian malam, dalam tahajud kita.

Perkara memaafkan menjadi sesuatu yang ringan. Karena sesuatu yang dulu kita anggap keterpurukan dan kerugian, jika kita melihat ke belakang secara lebih bijak, ternyata merupakan serangkaian rencana Allah, yang berjalan begitu sempurna, untuk membawa kita ke arah kebaikan.

Seperti anak panah, yang dimundurkan dan ditarik ke belakang. Agar kelak melesat cepat menembus sasaran.

Ditulis oleh: Eka Pratama
25 Ramadhan 1440 H



Abu Qurrah May 30, 2019
Share this post
Sign in to leave a comment
We
Perjalanan Menjalani Kebenaran | Bagian 2
Ayat, yaitu indikasi atau bukti atas sesuatu yang lebih besar dari dirinya.