We

Perjalanan Menjalani Kebenaran | Bagian 2

Ayat, yaitu indikasi atau bukti atas sesuatu yang lebih besar dari dirinya.

Ketika menyaksikan dan memverifikasi sendiri bahwa jumlah huruf ط dan س pada Surah yang diawali initial طس , yaitu Surah An-Naml, Surah ke 27 yang berjumlah 93 ayat, ternyata sudah diperhitungkan dengan begitu presisi oleh Allah. Dimana huruf ط yang tersebar di seluruh kata dalam Surah ini, ternyata berjumlah 27. Dan huruf س nya ternyata berjumlah 93. Hanya kekaguman memuncak dan ke-speechless-an saja yang saya rasakan.

Pernahkah kita melihat karya lain sedahsyat ini? Pernahkan kita melihat buku buatan manusia yang jumlah huruf-hurufnya diatur se-presisi ini?

Sungguh setelah mengetahui fakta ini, terasa sangat berbeda ketika membaca ayat pertama Surah An-Naml:

طسٓ ۚ تِلْكَ ءَايٰتُ الْقُرْءَانِ وَكِتَابٍ مُّبِينٍ

“Tha Sin. Itulah ayat-ayat Al-Qur’an, dan Kitab yang jelas,”
(QS. An-Naml 27: Ayat 1)

Aayaat ءَايٰت
Signs…
Tanda-tanda…
Dari Pencipta langit dan bumi.

Kadang kita sering mengucapkan suatu kata, tanpa benar-benar memahami arti kata tersebut. Seperti halnya kata “ayat” dan “surah”.

Saya dulu memahami kata “ayat” dalam konteks ayat Al-Qur’an, seperti halnya kata “ayat” dalam perundang-undangan. Misalnya, pasal sekian, ayat sekian. Sehingga kata “ayat” hanya terbayang sebagai suatu list atau urutan. Ayat 1, 2, 3 dst.

Padahal kata آيَة dengan bentuk jamaknya آيَات artinya adalah “tanda” atau “tanda-tanda”. Yaitu indikasi atau bukti atas sesuatu yang lebih besar dari dirinya. Kata ayat juga berarti “pesan” atau “komunikasi” dan kadang berarti “contoh” atau “pelajaran”. Dan kata ayat juga mengacu pada suatu “keajaiban” atau “mu’jizat” seperti halnya mu’jizat yang diberikan kepada para Nabi, sebagai bukti kebenaran mereka. Atau mengacu pada sesuatu yang berharga, luar biasa, sesuatu yang mengundang perhatian dan rasa penasaran.

Begitu pun kata “surah”. Dulu yang terbayang dalam pikiran saya ketika mendengar kata “surah” adalah seperti “bab” atau “chapter” dalam sebuah buku.

Padahal kata سُوْرَة yang bentuk jamaknya adalah سُوَر memiliki makna yang lebih dari sekedar “bab” dalam buku biasa.

Pertama, kata “surah” tidak pernah digunakan untuk mengacu pada “bab” atau “bagian” suatu buku manapun selain Al-Qur’an.

Kedua, setiap bab dalam suatu buku biasanya ditulis untuk membahas suatu topik tertentu. Tapi lain halnya dengan surah di dalam Al-Qur’an. Sebuah surah biasanya membahas beragam topik yang bisa jadi sekilas tidak terlihat berhubungan secara jelas atau inheren. Dan Al-Qur’an biasanya membahas satu topik, di lebih dari satu surah, meskipun dengan sudut yang berbeda. Ini bukan berarti setiap surah tidak memiliki suatu tema unik atau koherensi. Justru ketika mempelajarinya lebih dalam, kita akan melihat bahwa surah-surah di dalam Al-Qur’an memiliki koherensi yang luar biasa.

Ketiga, bab-bab dalam buku biasa, biasanya disusun secara kronologis, atau berdasarkan topik. Tapi lagi-lagi berbeda halnya dengan surah-surah di dalam Al-Qur’an. Mereka tidak disusun berdasarkan urutan turunnya ayat. Tidak pula berdasarkan topik. Selain Surah Al-Fatihah, surah-surah kurang lebih cenderung tersusun berdasarkan panjangnya. Sehingga awal Al-Qur’an memiliki surah-surah yang panjang, dan bagian akhir cenderung memiliki surah-surah yang pendek. Dan ketika dipelajari lebih dalam, lagi-lagi urutan ini telah menujukkan sesuatu yang luar biasa.

Keempat, suatu bab biasanya diberi nama sesuai dengan topik utama yang dibahas dalam bab tersebut. Namun tidak demikian dengan kebanyakan nama surah dalam Al-Qur’an. Misalnya, Surah Al-Baqarah (Sapi Betina), sama sekali bukan semua hal tentang sapi betina. Tapi nama itu diambil dari sebuah kisah yang ada di dalam surah tersebut. Begitu pun misalnya Surah Ibrahim atau Surah Nuh, dimana kedua surah itu bukan satu-satunya surah yang mengisahkan dua Nabi tersebut.

Lalu bagaimana kita mendefinisikan surah?

Salah satu pendapat mengatakan bahwa surah berasal dari kata سُوْر (suur) yang artinya dinding yang membentengi suatu kota. Dimana suatu dinding benteng harus membatasi dan mengelilingi suatu kota tertentu.

Begitupun sebuah surah, yang memiliki batas yang jelas dan komposisi tertentu. Tambah lagi, meskipun kota yang berbeda memiliki fasilitas-fasilitas yang sama, seperti misalnya rumah sakit, kantor polisi, pasar, dsb, namun masing-masing kota itu pasti unik dan berbeda. Baik dari sisi komponen individualnya (misalnya: tidak ada dua pasar yang sama persis), maupun dari sisi susunan dan fitur-fiturnya. Begitu pula sebuah surah. Meskipun ada surah-surah yang membahas beberapa tema yang sama, namun masing-masing memiliki perspektif yang berbeda dan masing-masing menghubungkan tema-tema tersebut dengan cara uniknya masing-masing.

Subhaanallah…

Sebuah kitab yang luar biasa. Mu’jizat abadi, untuk umat Rasulullah sallallaahu ‘alayhi wasallam hingga akhir zaman.

Seperti halnya laut yang terbelah oleh tongkat Nabi Musa ‘alayhissalam. Sebuah mu’jizat untuk Bani Israil.

Keputusannya sekarang ada pada diri kita masing-masing. Akankah kita menjadi orang yang terus-menerus meminta mu’jizat, tanpa diikuti dengan ketaatan, seperti halnya sebagian besar Bani Israil?
Ataukah menjadi seorang mu’min, yang tunduk kepada tanda-tanda kekuasaan beserta mu’jizat-Nya, dan tunduk pula pada semua yang diperintahkan-Nya dan Rasul-Nya?

Keputusan ada di tangan kita.

Ditulis oleh: Eka Pratama
23 Ramadhan 1440 H

Catatan:
– Perhitungan detil huruf ط dan س dalam Surah An-Naml dapat dilihat di sini
– Salah satu studi yang mengupas keindahan di balik urutan surah-surah dalam Al-Qur’an dapat dibaca di sini



Abu Qurrah May 27, 2019
Share this post
Sign in to leave a comment
We
Perjalanan Menjalani Kebenaran | Bagian 1
Bagian tersulit bukanlah mencari kebenaran, namun menjalani kebenaran itu, dan terus menerus menjalaninya sampai mati.