We

Tajrī Min Tahtihal-Anhār | Bagian 1

Kebun-kebun anggur, naungan yang terbentang luas, teduh, hijau, kelak tak ada lagi penderitaan di sana. Tak ada kesulitan hidup. Tak ada kesedihan. Tak ada kekhawatiran. Mengalir dari bawah istana-istananya, dari bawah pohon-pohonnya,sungai-sungai…

Kebun-kebun anggur, naungan yang terbentang luas, teduh, hijau, kelak tak ada lagi penderitaan di sana. Tak ada kesulitan hidup. Tak ada kesedihan. Tak ada kekhawatiran. Mengalir dari bawah istana-istananya, dari bawah pohon-pohonnya,
sungai-sungai…

Jannah ‘āliyahelevated garden, kebun di tempat yang tinggi.
Tak ada lagi kematian, yang ada hanya keabadian.

Muda belia, selamanya tak pernah tua. Dengan pakaian yang tak pernah usang. Dan rumah yang batu batanya terbuat dari emas dan perak.

Tak ada keributan. Tak ada kepayahan. Yang ada hanya kenikmatan-kenikmatan. Yang tak pernah dilihat mata. Tak pernah didengar telinga. Dan tak pernah terlintas di benak manusia.

Jannātu ‘adn, gardens of eternal residence, taman-taman tempat tinggal menetap abadi, dengan pohon yang begitu besar, yang naungannya tak juga habis terlewati oleh seorang pengendara kuda tercepat, selama seratus tahun.

Allāhu akbar…

Wahai Yang Maha Penyayang, Yang Maha Pengampun, jadikanlah setiap kesulitan, setiap ujian, setiap cobaan di dunia ini, sebagai penggugur kesalahan-kesalahan, sehingga kelak Engkau izinkan kami untuk memasukinya.

Wahai Penolong kaum muslimīn, teguhkanlah kami di jalan-Mu, sehingga kelak Engkau izinkan kami melangkahkan kaki melalui salah satu pintunya.

Ditulis oleh: Eka Pratama

Referensi:

  • Tafsīr Ibn Katsīr, Sūrah An-Naba’, Sūrah Al-Ghāsyiyah, Sūrah Al-Bayyinah
  • Tafsīr Al-Mukhtasar, Sūrah Al-Baqarah: 25
  • An-Nihāyah fil-Fitan wal-Malāhim, Ibn Katsīr


Abu Qurrah May 3, 2021
Share this post
Sign in to leave a comment
We
An-Nafsul Ammāratu bis-Sū’
Jiwa yang selalu memerintahkan kepada kejelekan. Ini adalah jiwa yang tercela. Jiwa yang selalu mendorong manusia untuk berbuat buruk.