We

Tajrī Min Tahtihal-Anhār | Bagian 4

Dārus-salām… Land of peace, negeri kedamaian. Inilah negeri yang tak pernah lenyap. Kerajaan yang begitu besar, seluas langit dan bumi.

Dārus-salām
Land of peace, negeri kedamaian. Inilah negeri yang tak pernah lenyap. Kerajaan yang begitu besar, seluas langit dan bumi.

Para penduduknya saling bercerita, dan bernostalgia. Tentang apa yang mereka alami dulu di dunia. Tentang perjuangan, ketaatan, dan kekhilafan mereka. Dan bagaimana Allah mengampuni mereka. Serta menyelamatkan mereka, dari teman-teman buruk, yang hampir saja mencelakakan mereka, dan menyeret mereka ke neraka.

Mereka bertanya-tanya,
Afamā nahnu bimayyitīn. Illā mawtatanal-ūlā wamā nahnu bimu’addzabīn. “Benarkah kita tidak akan mati lagi? Dan benarkah kita tidak akan disiksa lagi?”
Seolah-olah tak percaya, dengan kemenangan yang begitu besar yang telah diraihnya.

Sebuah kemenangan agung, the ultimate success and victory, yang jika kita mengingatnya, maka lenyaplah segala keluh kesah. Hilanglah segala kekhawatiran dan rasa gundah, di tengah kesulitan dan ujian, yang mungkin sedang menerpa kita di dunia.

Lalu Allāh ganti kekhawatiran itu dengan kerinduan.
Kerinduan akan kampung halaman.

Sebuah negeri yang kita diperintahkan untuk berpindah ke sana. Berlomba-lomba membawa bekal terbaik, yang kelak kita persembahkan di hadapan-Nya.

Ditulis oleh: Eka Pratama

Referensi:
– An-Nihāyah fil-Fitan wal-Malāhim, Ibn Katsīr


Abu Qurrah October 19, 2021
Share this post
Sign in to leave a comment
We
Tajrī Min Tahtihal-Anhār | Bagian 3
Bayangkan jika tanah tempat kita berpijak, tak lagi hitam ataupun coklat warnanya, melainkan berupa butiran tepung putih misk murni. Dan kerikil-kerikilnya, bukanlah batu biasa, namun mutiara. Serta yāqūt, ruby, batu permata merah delima.