We

Tajrī Min Tahtihal-Anhār | Bagian 3

Bayangkan jika tanah tempat kita berpijak, tak lagi hitam ataupun coklat warnanya, melainkan berupa butiran tepung putih misk murni. Dan kerikil-kerikilnya, bukanlah batu biasa, namun mutiara. Serta yāqūt, ruby, batu permata merah delima.

Bayangkan jika tanah tempat kita berpijak, tak lagi hitam ataupun coklat warnanya, melainkan berupa butiran tepung putih misk murni. Dan kerikil-kerikilnya, bukanlah batu biasa, namun mutiara. Serta yāqūt, ruby, batu permata merah delima.

Lalu sungai-sungainya…
Bukanlah sungai dengan air yang payau. Namun sungai madu, susu dan khamr yang tidak memabukkan.

Senantiasa teduh…
Dengan pohon-pohon yang selalu berbuah.

Penghuninya, tidak tidur dan tidak butuh tidur.
Tak pernah merasa lelah.
Tak pernah merasa payah.
Seluruh urusan mereka adalah istirāhah.
Mereka senantiasa sibuk,
dalam kesenangan.

Ditulis oleh: Eka Pratama

Referensi:
– An-Nihāyah fil-Fitan wal-Malāhim, Ibn Katsīr


Abu Qurrah May 7, 2021
Share this post
Sign in to leave a comment
We
Tajrī Min Tahtihal-Anhār | Bagian 2
Al-Firdaus. Tertinggi dari seratus tingkat yang Allāh ciptakan. Yang jarak antar setiap dua tingkatnya, sejauh perjalanan seratus tahun.