Hari demi hari berjalan tanpa henti, membentuk siapa diri kita hari ini. Allah jadikan siang bagi manusia, untuk menjemput rizqi. Dan malam, untuk mengistirahatkan diri. Dia pergantikan siang dan malam dengan adanya rotasi bumi. Semua dengan perhitungan yang teliti, 24 jam setiap hari.
Entah apa jadinya jika bumi berhenti berotasi. Sesuatu yang harus kita renungkan dan syukuri, di setiap saat Allah berikan kita kesempatan untuk bangun di suatu pagi.
الحَمْدُ للهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُور
Alhamdulillaahilladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilayhinnusyuur
Allah ﷻ, Penguasa dan Pemilik Alam Semesta ini, telah mengatur pergerakan benda-benda langit dengan begitu presisi. Tanpa kita sadari, seiring berjalannya tantangan hidup yang kita hadapi selama setahun (masehi), bumi yang kita pijak ini, berjalan mengelilingi matahari sebanyak satu putaran penuh. Bersamaan dengan itu, bumi berotasi pada porosnya sebanyak 365 kali atau selama 365 hari. Tepatnya 365,24 hari.
Sementara bulan, bergerak mengelilingi bumi yang kita tinggali ini, dengan periode sidereal-nya (relatif terhadap suatu bintang), selama 27 hari. Tepatnya 27,3 hari. Dan dengan periode synodic-nya (menyelesaikan fase bulan), selama 30 hari. Tepatnya 29,53 hari.
Ketika bulan melakukan periode synodic-nya sebanyak 12 kali, bumi telah berotasi sebanyak 354 kali atau selama 354 hari. Tepatnya 354,36 hari (yaitu 12 x 29,53). Yang merupakan periode setahun dalam penanggalan hijri.
Sehingga tahun masehi, akan selalu lebih lambat dari tahun hijri. Terus menerus bergeser, hingga akhirnya kembali tersinkronisasi ke hari yang sama, sesuai dengan Metonic Cycle, yaitu setiap 19 kali bumi mengelilingi matahari, atau 19 tahun masehi.
Sahabat, mari kita ingat-ingat angka-angka ini: 365, 30, 27, 19, dan 12.
Lalu kita kembali kepada Al-Qur’an, yang diturunkan oleh Pencipta Langit dan Bumi. Untuk melihat bagaimana kata-kata pilihan-Nya diatur dengan begitu presisi.
Kita mulai dengan kata “hari”. Dalam Bahasa Arab, kata ini punya beberapa bentuk:
- Bentuk tunggal atau mufrad, yaitu يَوْم “yawm” atau يَوْمًا “yawmaa“.
- Bentuk dual atau mutsanna, yaitu يَوْمَانِ “yawmaan” atau يَوْمَيْنِ “yawmayn“.
- Bentuk jamak atau jam’ (lebih dari 2), yaitu أَيَّام “ayyaam” atau أَيَّامًا “ayyaamaa“.
Dan sahabat, kita akan mendapati bentuk tunggal, kata يَوْم atau يَوْمًا dengan kondisi terpisah, di seluruh Al-Qur’an muncul sebanyak 365 kali.
Subhaanallaah…
Sedangkan bentuk pluralnya (dual dan jamak), yaitu يَوْمَيْنِ dan أَيَّام atau أَيَّامًا muncul 30 kali.
Lalu jika jumlahnya itu digabung (tunggal dan plural), termasuk bentuk gabungan dengan kata lain yaitu يَوْمَئِذٍ , lalu يَوْمهمْ dan يَوْمكُمْ , maka semuanya muncul sebanyak 475 kali. Dan 475 adalah kelipatan 19, yaitu 19 x 25.
Speechless…
Dan bukan hanya itu, sahabat. Jika kita perhatikan kata يَوْمَئِذٍ “pada hari itu”, maka dia muncul sebanyak 70 kali. Begitu pula kata يَوْم القِيَامَة “hari kiamat”, yang juga muncul 70 kali.
SUBHAANALLAAH…
Dan itu baru kata “hari”. Sekarang kita lihat kata “bulan” (benda langit, moon) dan “bulan” (penanggalan, month).
Kata “bulan” (moon) yaitu قَمَر “qamar” atau قَمَرًا “qamaraa” muncul 27 kali.
Sedangkan “bulan” (month) dalam bentuk tunggal yaitu شَهْر “syahr” atau شَهْرًا “syahraa” muncul 12 kali.
Lalu kata “tahun”. Bentuk tunggalnya yaitu سَنَة “sanah“, muncul sebanyak 7 kali. Sedangkan bentuk jamaknya سِنِين “siniin” , muncul sebanyak 12 kali. Sehingga total menjadi 19 kali.
ALLAAHU AKBAR…
Sebuah kitab yang diturunkan kepada beliau ﷺ yang tidak bisa membaca dan menulis, di tengah padang pasir tandus yang jauh dari pusat peradaban manusia di zamannya. Dengan bahasa yang sangat indah, yang pengaruhnya luar biasa terhadap hati manusia, sehingga lawan pun bisa menjadi kawan, yang secara akurat memberitakan masa depan, yang dengan tepat mengungkap ilmu pengetahuan yang belum dikuasai manusia di zamannya. Dan kini, Allah memperlihatkan kepada kita kepresisian luar biasa penyusunan kata-katanya.
Sungguh ini adalah tanda-tanda kekuasaan-Nya, yang tak ada seorang pun bisa menandingi, dan membuat yang semisal.
Maka sahabat, belum saatnya kah bagi kita, hari ini, untuk tunduk dan taat? Kepada setiap apa yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan di dalam syari’at.
Janganlah kita seperti sebagian besar Bani Israil. Yang setelah Allah selamatkan mereka dari Fir’aun, Allah belah Laut Merah untuk mereka, tetapi setelah selamat, mereka menyembah patung sapi dari emas. Ketika diperintahkan untuk masuk ke tanah suci Palestina, mereka menolak karena takut kepada musuh. Hingga akhirnya mereka terkatung-katung selama 40 tahun di padang Tiih.
Meskipun demikian, Allah Yang Maha Pemurah menaungi mereka dari teriknya matahari, dengan awan yang selalu bergerak mengikuti mereka. Allah beri minum mereka dengan 12 mata air yang memancar dari batu yang dipukul oleh tongkat Nabi Musa ‘alayhissalaam. Lalu Allah beri makan mereka dengan al-manna dan as-salwa.
Namun, mereka justru tidak bersyukur. Karena bosan setiap hari hanya memakan itu, mereka malah meminta kepada Nabi Musa ‘alayhissalaam untuk diberikan segala jenis makanan yang ada, seperti yang dulu ada di Mesir. Sehingga hanya kenistaan, kehinaan, dan kemurkaan Allah lah yang mereka terima.
Jadi sahabat, sudah saatnya kita isi hari-hari kita dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Kita hiasi setiap bulannya dengan amalan-amalan kita. Dan setiap tahunnya dengan kebaikan-kebaikan kita.
Dan ketika berhadapan dengan perintah Allah dan Rasul-Nya yang sekilas tidak masuk di akal kita. Jangan banyak bertanya. Cukup katakan sami’naa wa atha’naa. Kami dengar dan kami taat, itu saja.
Ditulis oleh: Eka Pratama
23 Ramadhan 1441H