Di awal-awal belajar Bahasa Arab, selalu penasaran rasanya, kenapa penulisan beberapa kata di dalam Al-Qur’an, itu berbeda dan unik dibandingkan dengan penulisan dalam Fusha (Bahasa Arab Formal Modern). Pastinya pengucapannya sih sama aja. Cuma penulisannya aja yang beda.
Contohnya misalnya kata “buku/kitab”. Dalam fusha ditulis كِتَاب , dengan menggunakan alif. Sedangkan dalam Al-Qur’an (Mushaf Madinah/Rasm Utsmani) ditulis begini كِتَـٰب . Penulisannya tanpa alif, tapi ditambah alif kecil yang disebut alif khanjariyah (secara harfiah artinya “dagger alif” atau “alif belati”), untuk memastikan agar tetap dibaca 2 harakat.
Contoh lain misalnya kata “surga” dalam bentuk jamak. Dalam fusha ditulis جَنَّات , sedangkan dalam Al-Qur’an ditulis جَنَّـٰت .
Dan juga beberapa kata yang dalam fusha ditulis terpisah, tetapi di dalam Al-Qur’an ditulis secara tergabung. Contohnya kata “wahai”. Dalam fusha ditulis يَا أَيُّهَا , sedangkan dalam Al-Qur’an ditulis يَـٰٓـأَيُّهَا .
Lagi-lagi saya dibuat kehabisan kata-kata setelah tahu bahwa ada mu’jizat luar biasa di balik cara penulisan unik itu.
Di pembahasan lalu mengenai Surah Al-Kahf. Kita menyaksikan betapa presisinya urutan kata yang mendeskripsikan angka 309. Sekarang, kita akan menyaksikan sesuatu yang lebih presisi lagi. Yaitu kepresisian urutan huruf.
Contohnya yaitu Surah Al-Muddatssir. Yang salah satunya menjelaskan tentang Neraka Saqar. Neraka yang dijaga oleh 19 malaikat.
سَأُصْلِيهِ سَقَرَ
“Kelak, Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar,”
وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا سَقَرُ
“dan tahukah kamu apa (neraka) Saqar itu?”
لَا تُبْقِى وَلَا تَذَرُ
“Ia (Saqar itu) tidak meninggalkan dan tidak membiarkan,”
لَوَّاحَةٌ لِّلْبَشَرِ
“yang menghanguskan kulit manusia.”
عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ
“Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga).” (Surah Al-Muddatssir ayat 26-30)
(Allaahumma innaa na’uudzubika minan naar. Ya Allah, lindungilah kami dari api neraka.)
Jika di dalam Surah Al-Kahfi ada bilangan 309, maka di dalam Surah Al-Muddatssir ada bilangan 19.
Dan sekarang, mari kita baca Surah ini dengan tartil, dari awal surah hingga ayat yang menyebutkan bilangan 19, yaitu ayat ke-30. Kali ini kita ngga akan memperhatikan urutan kata, tapi urutan huruf.
Dan jika kita mengurutkan berdasarkan huruf yang tertulis apa adanya secara unik ini, maka kita akan menyaksikan sesuatu yang sangat menakjubkan.
Huruf alif pada عَلَيْهَا pada ayat ke-30, tepat sebelum تِسْعَةَ عَشَرَ yang artinya “sembilan belas”, adalah huruf ke-361.
Apa yang spesial memangnya kalo 361?
Sahabat, 361 adalah 19 x 19.
ALLAAHU AKBAR!
Adakah yang mampu membuat seperti ini selain Dia? Bukankah menyaksikan yang seperti ini seperti menyaksikan laut yang terbelah di depan mata kepala kita? Lalu alasan apa lagi yang kita punya, sahabat? Alasan apa lagi yang kita punya untuk tidak taat kepada syari’at? Akankah kita mengikuti jejak para sahabat Rasulullah ﷺ yang mengatakan, “Kami dengar, dan kami taat.” ? Atau mengikuti sebagian besar Bani Israil yang berpaling setelah menyaksikan begitu banyak mu’jizat?
Ditulis oleh: Eka Pratama
27 Ramadhan 1441H